“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. AIi Imran 3:133)
Ramadhan suka atau tidak suka telah meninggalkan kita semua, yang tersisa hanyalah jejak keshalehan kita, sebagai hasil dari amaliah yang kita lakukan selama satu bulan dalam Madrasah Ramadhan.
Ramadhan suka atau tidak suka telah meninggalkan kita semua, yang tersisa hanyalah jejak keshalehan kita, sebagai hasil dari amaliah yang kita lakukan selama satu bulan dalam Madrasah Ramadhan.
Madrasah Ramadhan ialah sebuah institusi yang disediakan oleh Allah SWT agar dimanfaatkan oleh hambaNya untuk membina diri menuju manusia yang berkualitas tinggi yang dalam Al-Quran disebut sebagai Muttaqin.
Dalam proses pembelajaran atau pelatihan itu, Allah SWT telah menyiapkan mata pelajaran, sebagal materi ajar yang kudu dituntaskan oleh masing-masing peserta. Ketuntasan materi, merupakan indikator awal, kesuksesan seorang peserta dalam mengikuti Madrasah Ramadhan. Mata pelajaran itu, di antaranya kesabaran, kejuangan, kepedulian, kejujuran, ketaatan dan kedekatan taqarub Ilallah.
Di dalam bulan Ramadhan kita melatih diri menahan emosi untuk tidak marah sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Bukankah beliau pernah bersabda: ‘Shaum itu bagian dari kesabaran’. Kita juga telah melatih diri menjadi seorang pejuang sejati Bukankah shaum itu perjuangan yang berat, perjuangan mengendalikan nafsu kita, yang tak kalah beratnya dan perjuangan melawan manusia, syetan dan dunia, yang senyatanya berada di luar diri kita. Bisa dipahami mengapa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai Jihadul Akbar.
Kita juga, telah melatih diri untuk peduli terhadap sesama dengan cara mendermakan sebahagian dan harta kita dalam bentuk zakat, infaq, sedekah, memberi perbukaan kepada orang yang berpuasa dan lain-lain. Kita pun telah melatih kejujuran kita dengan mengikhlaskan ibadah shaum kita-mata karena Allah SWT, meskipun jika kita berbuka di siang hari di dalam kamar pribadi kita sendiri, dan keluar dalam keadaan bagaikan orang tengah berpuasa, tidak akan ada orang yang tahu bahwa kita sudah tidak lagi berpuasa.
Kita juga telah melatih ketaatan kita dengan membuktikannya melalui serangkaian shalat fardhu dan sunat serta Shalat Malam, membaca Al Quran (tadarus) zikir dan lain-lain sebagainya. Kita juga telah melatih diri merasakan kedekatan kita sedekat-dekatnya kepada Allah SWT, melalui doa dan munajah kita.
Boleh Jadi
Beberapa di antara kita, boleh jadi telah berhasil menyelesaikan tugas-tugas itu dengan baik, akan tetapi banyak pula di antara kita yang boleh jadi belum bisa menuntaskan tugas-tugasnya, sehingga untuk orang seperti ini, Rasulullah SAW menyatakan, ”Beberapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada satupun yang dia peroleh dari puasanya itu, kecuali lapar dan dahaga’.
Mengenai prosentase perbandingan antara yang berhasil dengan yang tidak berhasil, tentu Allah SWT Yang Maha Tahu mengetahui berapa persisnya. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah menguji indikator sosial ba’da Ramadhan tahun ini, yang menyangkut tingkat kriminalitas dan tingkat kemiskinan di masyarakat kita.
Di kala angka kriminalitas dan kemiskinan mengalami penurunan ke titik terendah, berarti Madrasah Ramadhan 1428 H kita tahun ini menunjukkan keberhasilannya. Mata pelajaran yang berkontribusi terhadap penurunan angka kriminalitas adalah : kesabaran, kejujuran, kedekatan (taqarrub ilallah), sementara mata pelajaran kepedulian, kejuangan, dan keta’atan, berkontribusi terhadap menurunnya angka kemiskinan.
Akan tetapi, bilamana angka kriminalitas dan kemiskinan mengalami kenaikan itu berarti, masih banyak di antara kita yang belum berhasil meraih ketaqwaan itu. Satu hal yang memprihatinkan kita semua tentunya.
Oleh karena itu kita berharap kepada Allah SWT, semoga yang terjadi adalah kemungkinan yang pertama, bukan kemungkinan yang kedua. Dengan demikian, Ramadhan tahun ini benar-benar melahirkan pribadi dan masyarakat taqwais. Pribadi taqwais adalah sosok pribadi, dimana semua nilai utama berhimpun di dalam dirinya. Aqidahnya kokoh, lurus dan benar, ibadahnya rajin ta’at dan sesuai sunnah, akhlaqnya indah, elegan dan karimah.
Pribadi taqwais ialah pribadi yang disayangi, diampuni dosanya dan dibebaskan oleh Allah SWT dan neraka, sehingga dia bisa menjalani hidup tanpa beban. Dia menjadi manusia yang bersih dan ringan. Ringan hatinya untuk mengakul ke Maha Esaan Allah SWT. Ringan anggota tubuhnya untuk melaksanakan ibadah. Ringan tangannya memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Ringan matanya dan lisannya untuk melihat dan membaca ayat-ayat Allah SWT (qauliyah maupun kauniyah). Ringan kesadarannya untuk meyakini adanya hari akhir, dimana semua perbuatannya selama di dunia akan diminta pertanggung jawaban. Ringan hatinya untuk tidak menjadi pemarah, untuk memaafkan kesalahan orang lain, dan untuk bertaubat, mohon ampun kepada Allah SWT atas kesalahan yang dilakukannya, seraya berjanji tidak akan mengulangi lagi (Q.S. Al Baqarah 2: 1-5 dan Ali Imran 3: 134).
Memancarkan Sinar Kebajikan.
Pribadi semacam ini bila berada di tengah masyarakat akan selalu memancarkan sinar kebajikan bagi lingkungan. Apakah dia sebagai warga biasa, apalagi sebagai pemimpin. Dia selalu menjadi bagian dan pemecah masalah (problem solver), bukan pembuat masalah (problem maker) (QS. Ath Thalaq 65: 2). Dia selalu memberikan kemudahan bagi orang yang berurusan dengannya dan tidak mempersulitnya, karena Allah SWT telah memudahkan urusannya. (Q.S. Ath Thalaq 65: 4). Apalagi sebagal pemimpin dia berusaha untuk berbuat adil, karena adil itu termasuk sifat orang yang Taq wais (Q.S. Al Maaidah 5: 8).
Kita berlindung kepada Allah SWT dari terjadinya kemungkinan kedua yaitu kenaikan angka kriminalitas dan kemiskinan.. Sebab jika itu yang terjadi, maka kita tidak akan pernah mengalami kemajuan yang berarti. Kita tidak akan pernah lepas dari beban berat, sebagai akibat dari dosa-dosa yang belum diampuni oleh Allah SWT. Dosa-dosa itu yang membuat seseorang merasa berat mengerjakan perintah-perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan Allah —Nya.
Isyarat?
Diawalinya Ramadhan kita tahun 1428 H ini dengan bencana alam, (gempa bumi di Bengkulu dan Sumatra Barat dan bencana sosial ekonomi (kenaikan harga sembako, menghilangnya minyak tanah) yang oleh kaum sekularis dianggap sebagai sebuah keniscayaan alam dan ekonomi semata, haruslah dilihat sebagai isyarat peringatan dari Allah SWT bahwa, pada Madrasah Ramadhan tahun lalu, masih banyak di antara kita yang belum lulus. Raport kita masih banyak merahnya. Agar lulus, Allah SWT memberi kan tugas PR dalam rangka pengayaan kepada kita. Jika tugas itu kita selesaikan, maka raport yang merah akan diubah oleh Allah SWT menjadi angka biru. Dan kita .... Lulus.
Tugas itu adalah Kesabaran dan Kepedulian. Bukankah bencana alam dan bencana sosial ekonomi selalu menyisakan penderitaan bagi korbannya dan kita semua? Penderitaan harus disikapi dengan sabar oleh yang terkena musibah dan penderitaan serta menuntut kepedulian dan pihak yang tidak terkena musibah, untuk berusaha meringankan derita saudara-saudaranya.
Jadi, agenda utama kita ba’da Ramadhan 1428 H ini ialah meningkatkan Kesabaran dan Kepedulian. Hanya kepada Allah SWT saja kita bertawakal.